(Ilustrasi di atas diambil dari poster film Jembatan Shiratal Mustaqim milik Dee Company)
Banjarmasin, iloenxnews.com || Rancak (sering) meminta-minta sesuatu baik uang maupun barang kepada orang lain, memang tidak memerlukan modal yang besar, juga tidak pula membutuhkan tenaga yang ekstra. Sebab, orang yang meminta-minta menjadi orang yang banyak dikasihani oleh banyak orang. Hingga, untuk mendapatkan rupiah tak sesulit seperti apa yang dilakukan pekerja pada umumnya.

Namun demikian, apa yang dilakukan oleh orang yang kuat dan sehat untuk meminta-minta itu sangat dibenci oleh Allah SWT. Maka, ketika ia merasa mendapatkan kebahagiaan di dunia, belum tentu kebahagiaan itu ia rasakan pula di akhirat. Kemudahan yang selama ini ia rasakan, di sana akan jauh berbeda. Bahkan, sakit dan pedihlah yang akan mereka rasakan. Salah satunya, pada hari kiamat daging wajah mereka meleleh.

Hal ini disampaikan oleh Al Ustadz Muhammad Rijal Fathoni, S.Pd.I pada acara Pengajian Rutin di Majelis Ta’lim Raudhatul Muhibbin, Kediaman Junaidi, Jalan Martapura Lama Paal 7,8 Komplek Persada Raya 2 Jalur 4, Nomor 9 RT. 11 B, Kelurahan Sungai Lulut, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kamis (16/10/2025) malam.

“Seorang hamba terus meminta-minta pada orang lain, hingga ia datang pada hari kiamat (dalam kondisi) di wajahnya tidak ada satu pun potongan daging,” sambung Ustadz Rijal Fathoni menyitir sabda Rasulullah SAW.

Ia lalu mencontohkan sifat yang dimiliki oleh Uwais al-Qarni. Bernama asli Uwais al-Qarani lahir 594 M dan M/ 37 H adalah seorang tabi’in yang hidup pada zaman Nabi Muhammad SAW, tapi tidak sempat bertemu Nabi. Berasal dari penduduk Qarn, Bareq, Asir, wilayah Arab Saudi dekat perbatasan di Yaman. Ia sangat rindu kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi lebih memilih untuk berbakti kepada ibunya yang lumpuh.

“Uwais al-Qarni adalah sosok miskin yang tidak pernah meminta-minta, karena ia memiliki sifat zuhud, tawadhu, dan sangat fokus pada ibadah serta bakti kepada ibunya. Ketidakmampuannya untuk meminta-minta bukan karena ia menolak bantuan, tetapi karena ia meneladani hidup sederhana dan tidak suka menonjolkan diri. Ia juga sangat yakin dengan janji Allah SWT dan kepuasan yang didapat dari ridha ibunya jauh lebih berharga baginya daripada kekayaan dunia,” tutur Ustadz Rijal Fathoni di hadapan ratusan jamaah yang hadir.

Junaidi, selaku Ahlul Bait mengungkapkan kegembiraannya atas suksesnya pengajian rutin bulanan kali ini. “Terima kasih kepada para jamaah semuanya tak terkecuali, yang telah menyempatkan hadir di acara rutin bulanan ini, tanpa kehadiran kalian acara ini tak akan berjalan lancar,” kata Pembina Dewan Piminan Pusat (DPP) Forum Kerukunan dan Pemerhati Warga Kalimantan (FKPWK) ini.

Malam ini, lanjut Junaidi, kita berkumpul di dalam majelis ini dengan niat ikhlas dan tulus untuk memperingati acara Maulid Nabi agar ada hikmah yang bisa dipetik tentunya.

“Acara pengajian rutin bulanan ini sebagai bentuk rasa syukur dan cinta, pengingat, dan sebagai alat meneladani sikap dan akhlak junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW, serta mengenalkannya kepada generasi muda lewat pembacaan shalawat, ceramah, dan lainnya,” sambungnya.

“Diharapkan dengan adanya pengajian rutin bulanan ini kita kembali memiliki semangat juang dalam beribadah kepada Allah, dan mempertahankan akidah dan akhlak kita,” pungkas Junaidi.
(ichal iloenx)
