Aslikah Pertamax yang Ada di Banua?

Aslikah Pertamax yang Ada di Banua?

Oleh: Adv. H. Rachmad Fadillah, S.H.

Ketua Umum FKPWK

Forum Kerukunan dan Pemerhati Warga Kalimantan (FKPWK) menyoroti terbongkarnya kasus tindak pidana korupsi oplosan BBM Pertalite menjadi Pertamax yang merugikan keuangan negara dan masyarakat pengguna mencapai Rp 193 Triliun lebih!

Sangatlah miris melihat kondisi negara kita. Kejahatan ini justru dilakukan oleh oknum-oknum mafia BBM yang sistematis melakukan hal yang merugikan keuangan Negara RI.

Apresiasi yang tinggi atas keberanian Kejaksaan Agung dalam mengungkap kasus oplosan BBM ini, dibuktikan dengan sudah ditetapkannya 7 tersangka. Suatu perjuangan yang penuh tantangan dan keberanian yang kuat dari pihak Kejaksaan Agung yang telah berhasil mengungkapnya.

FKPWK tetap mengharapkan Kejaksaan Agung, mengembangkan lagi keterlibatan siapa di balik 7 tersangka tersebut. Kuat dugaan dan diyakini masih ada orang-orang penting yang terlibat dalam jaringan ini, tetapi belum terungkap.

Prestasi sangat gemilang pihak Kejaksaan Agung dengan kerja kerasnya dalam membongkar kasus mafia BBM Oplosan. Keterlibatan semua pihak, pemerintah , masyarakat, ormas-ormas, seyogyanya peduli dan turut serta juga memberikan pengawasan mafia BBM, dengan tujuan membantu tugas-tugas pemerintah dalam pengawasan di lapangan, dan ini juga sangat membantu tugas semua pihak terkait di lapangan.

FKPWK juga menaruh harapan besar dengan terbongkarnya kasus ini kepada operator penyelenggara pengawasan distribusi di lapangan yaitu PT. Pertamina Patra Niaga, yang mengatur regulasi distribusi BBM di tiap-tiap provinsi, termasuk di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Mudah-mudahan BBM yang dijual di Kalsel betul-betul Pertamax murni, tidak oplosan. Saatnya PT. Pertamina Patra Niaga Kalsel melakukan pengawasan di lapangan, lebih ketat dan terukur.

Harapan kita setiap kapal tanker yang sandar di pelabuhan bongkar muat di penampungan PT. Pertamina Patra Niaga Banjarmasin, meningkatkan lagi pengawasan dan pengecekan BBM yang dibongkar. Sampel-sampel BBM tersebut harus diukur kemurniannya di Laboratorium PT. Pertamina Patra Niaga Banjarmasin.

Bagus lagi kalau ada alat ukur BBM, untuk mengetahui dan meyakini bahwa BBM yang didistribusikan di Kalsel betul-betul terjaga kemurniannya dan masyarakat banua kita yang mengunakan BBM juga terjaga.

Penting sekali agar alat ukur yang dimiliki PT. Pertamina Patra Niaga Cabang Banjarmasin, betul-betul sudah terkalibrasi. Hal ini untuk lebih mengetahui kemurnian BBM yang diukur, apakah murni BBM Pertalite atau BBM Pertamax.

Dengan adanya kasus oplosan ini , harapan kita semua pihak PT. Pertamina Patra Niaga Cabang Banjarmasin, lebih ketat lagi dan meningkatkan perlakuan dalam melakukan pengawasan di lapangan.

Masyarakat yang terimbas pengguna BBM oplosan tentu mengalami kerugian, sebagai contoh pengguna BBM Pertamax kendaraan bermotor, tetapi mereka selama ini membeli Pertamax itu hasil oplosan, dipastikan kendaraan bermotor itu mengalami gangguan mesin.

Harapan besar kita agar PT. Pertamina Patra Niaga Cabang Banjarmasin, lebih kuat lagi melakukan pengawasan di lapangan, sebagai upaya dan memberikan keyakinan kepada masyarakat pengguna, bahwa BBM yang didistribusikan di Kalsel, betul-betul BBM murni Pertalite  dan murni Pertamax, tidak oplosan!

(Banjarmasin, 28 Februari 2025)