Banjarmasin, iloenxnews.com || Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mendatangkan penulis lokal, Miranda Seftiana, Kamis (31/10/2024) siang.
Melalui kegiatan bedah buku, Miranda mengupas novel yang berjudul “Lalu Tenggelam di Ujung Matamu”.
Peserta bedah buku dari para penggiat literasi, mahasiswa, dan pelajar di Banjarmasin.
Plt Sekretaris Dispersip Kalsel Adethia Hailina mengatakan, bedah buku dalam upaya promosi minat baca dan meningkatkan literasi masyarakat.
Dispersip Kalsel sengaja mengundang penulis Banua untuk memberikan motivasi kepada anak muda di Kalsel yang suka menulis.
“Kita mengangkat penulis lokal, menjadi motivasi bagi penulis lain di Banua untuk menerbitkan karyanya,” kata Adethia.
Novel karya Miranda yang rilis tahun 2019 itu bercerita tentang kisah cinta Adam dan Intan yang terhalang restu orangtua karena perbedaan kasta sosial.
Intan adalah keturunan bangsawan di Kalimantan Selatan, sedangkan Adam hanya rakyat biasa.
Teluk Selong yang tenang mendadak meradang ketika Gusti Suanang dan Umar Gayam saling hardik di halaman. Adam, putra Umar Gayam, dinilai tak pantas meminang Intan karena bukan keturunan bangsawan. Petang itu Umar bersumpah, akan tiba suatu masa Gusti Sunang menghamba pada orang yang ia hina.
Delapan tahun berselang, Gusti Suanang jatuh dalam koma yang berkepanjangan. Seorang ulama berkata bahwa Gusti Suanang masih tertahan ampunan orang yang ia kecewakan. Meski menampik, Intan, yang telah menikah dengan Gusti Rizal, tetap memikirkan satu nama, yakni Adam. Ia kembali berusaha mencari Adam. Nahas, ketika mereka bertemu, lelaki itu sudah tak sama. Adam telah membeku.
Di lain pihak, Adam bergumul dalam dirinya sendiri, di antara rasa kemanusiaan dan dendam, antara menerima atau membalas kekalahan
Selain itu, juga menceritakan tentang status sosial antara kaum jaba dan bangsawan berlatar daerah Teluk Selong, Martapura. “Juga ada berkaitan dengan psikologis dan alturisme,” kata Miranda. Sekadar diketahui, altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri.
Miranda mengungkapkan, novel miliknya mengangkat tentang budaya jujuran (uang mahar) pada perkawinan adat Urang Banjar.
Novel lain yang pernah ditulis Miranda diantaranya “Stadiun Rindu” dan “Jendela Seribu Sungai” yang diangkat ke layar lebar oleh Pemerintah Kota Banjarmasin.
(ichal iloenx)