Oleh: Mahyuni Ilyadi, S.Pd.I
Guru MAN 2 Balangan
Pendahuluan
Cinta adalah anugerah agung yang Allah tanamkan dalam hati hamba-hamba-Nya. Namun, ada satu jenis cinta yang paling mulia dan paling tinggi nilainya di sisi Allah, yaitu cinta karena-Nya. Cinta ini tidak berlandaskan kepentingan duniawi, melainkan hanya karena Allah semata. Dalam Islam, mencintai seseorang karena Allah adalah bentuk ibadah hati yang mendekatkan seseorang kepada-Nya serta mempererat persaudaraan yang hakiki di antara kaum muslimin.
Keutamaan Cinta karena Allah
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjanjikan pahala besar bagi orang-orang yang mencintai saudaranya karena Allah. Mereka akan mendapatkan kasih sayang-Nya dan memperoleh kedudukan mulia di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ الله تَعَالى يَقُول يَوْمَ القِيَامَة: أَيْنَ المُتَحَابُّونَ بِجَلاَلِي؟ اليَوم أُظِلُّهُم فِي ظِلِّي يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلِّي»
“Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: ‘mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku. Pada hari ini akan Aku naungi mereka di bawah naungan-Ku pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR. Muslim, no. 2567)
Hadis ini menunjukkan bahwa mereka yang menjalin kasih sayang karena Allah akan mendapatkan perlindungan istimewa di hari kiamat, sebuah keutamaan yang sangat besar dan menunjukkan tingginya derajat cinta semacam ini.
Bukti Keikhlasan dalam Cinta karena Allah
Suatu ketika, Rasulullah ﷺ menceritakan
« أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى، فَأَرْصَدَ الله لَهُ، عَلَى مَدْرَجَتِهِ، مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ، قَالَ: أَيْنَ تُرِيدُ؟ قَالَ: أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ القَرْيَةِ، قَالَ: هَل لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ: لَا، غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي الله عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ: فَإِنِّي رَسُولُ الله إِلَيْكَ، بِأَنَّ الله قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ». رواه مسلم (2567).
Sesungguhnya seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di desa lain. Dalam perjalanan, Allah mengutus seorang malaikat untuk menemuinya. Malaikat itu bertanya kepadanya:
“Ke mana engkau hendak pergi?”
Orang itu menjawab, “Aku hendak menemui saudaraku di desa ini.”
Malaikat itu bertanya lagi, “Apakah ada suatu keperluan atau keuntungan yang ingin kau dapat darinya?”
Orang itu menjawab, “Tidak, aku hanya mencintainya karena Allah.”
Maka malaikat itu berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR. Muslim, no. 2567)
Hadis ini mengajarkan bahwa cinta yang tulus karena Allah bukanlah sekadar ungkapan lisan, tetapi harus diwujudkan dengan perbuatan nyata, seperti mengunjungi, menolong, dan mendoakan saudara seiman tanpa mengharapkan balasan duniawi.
Cinta Menyatukan Hati dan Mengangkat Derajat di Akhirat
Di dunia, cinta karena Allah melahirkan persaudaraan yang kokoh dan keharmonisan dalam masyarakat. Di akhirat, cinta ini menjadi sebab seseorang dikumpulkan bersama orang yang dicintainya. Rasulullah ﷺ bersabda:
«المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ».
“Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.” (HR. Bukhari, no. 6168; Muslim, no. 2640)
Hadis ini memberikan harapan besar bagi kaum muslimin. Jika seseorang mencintai orang-orang saleh karena Allah, maka ia akan dikumpulkan bersama mereka di akhirat. Hal ini mendorong kita untuk senantiasa mencintai orang-orang beriman yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi cinta yang berlandaskan hawa nafsu atau kepentingan dunia semata.
Kesimpulan
Cinta karena Allah adalah cinta yang suci dan membawa keberkahan di dunia serta kebahagiaan di akhirat. Ia menguatkan ikatan persaudaraan di antara kaum muslimin dan menjadi sebab turunnya rahmat Allah. Barang siapa mencintai saudaranya karena Allah, maka ia akan dicintai oleh Allah dan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai di akhirat. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menumbuhkan cinta yang tulus karena Allah, dengan saling menasihati dalam kebaikan, menolong dalam kesulitan, dan berdoa untuk kebaikan saudara-saudara kita di dunia dan akhirat.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang mencintai dan dicintai karena-Nya.
(Balangan, 17 Februari 2025 M/ 18 Sya’ban 1446 H)