Bagi-bagi Santunan di Masjid Hasanuddin Madjedie

Bagi-bagi Santunan di Masjid Hasanuddin Madjedie

Rudi, salah seorang Pengurus Masjid Hasanuddin Madjedie saat menyerahkan santunan untuk mereka yang membutuhkan. (foto: ichal iloenx)

Banjarmasin, iloenxnews.com || Dalam agama Islam, menyantuni anak yatim dan kaum dhuafa sangat dianjurkan dan dianggap sebagai perbuatan mulia. Santunan ini dapat membantu meringankan beban hidup kaum dhuafa, memenuhi kebutuhan dasar mereka, dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Bantuan ini bisa berupa uang tunai, makanan, pakaian, atau barang-barang lain yang dibutuhkan.

Kaum dhuafa adalah kelompok masyarakat yang hidup dalam keadaan lemah, baik secara fisik, finansial, maupun psikis. Mereka membutuhkan perhatian dan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Contoh yang termasuk kaum dhuafa adalah orang miskin, janda miskin, lansia, penyandang disabilitas, buruh pekerja kasar dan orang dengan penyakit parah.

Masjid Hasanuddin Madjedie yang berdomisili di Jalan Brigjen H. Hassan Basry Nomor 2, Bundaran Kayutangi, Kelurahan Pangeran, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) telah berbuat. Pihaknya sudah 2 tahun melakukan itu.

Masjid yang berusia 40 tahun ini membagikan paket bantuan di pekan kedua dan pekan keempat dalam setiap bulannya, yakni bada Sholat Subuh, yang dirangkai dengan Kajian Tausiyah dilanjutkan dengan sarapan.

H. Ipansyah, SE, MM. (foto: ichal iloenx)

Ketua Bidang Peribadatan dan Pendidikan Yayasan Hasanuddin Madjedie, H. Ipansyah, SE, MM mengatakan ada 100 KK yang disantuni, dan ada puluhan lagi yang berstatus daftar tunggu. Ia pun memaparkan kronologis dari kegiatan ini.

“Berawal dari rasa prihatin para Pengurus Masjid Hasanuddin Madjedie, melihat setiap hari Jum’at di sepanjang Kawasan Kayutangi berjejer puluhan kaum dhuafa yang menanti uluran tangan para dermawan yang melintas di kawasan itu. Lalu kami melakukan survey di lokasi, menanyakan alamatnya, mendatangi Ketua RT-nya, mendapatkan info layak atau tidaknya mendapat bantuan. Yang lolos, diberikan kartu nama yang datanya diambil dari KTP dan KK mereka,” papar H. Ipan, sapaan akrabnya.

Di Ahad pekan kedua dan keempat setiap bulannya, mereka harus datang sebelum adzan Subuh untuk menukarkan kartu nama tersebut dengan nomor antrean di Pos Satpam Mesjid Hasanudiin Madjedie. Tanpa nomor antrean tersebut, mereka tidak bisa menerima bantuan. Dan logikanya, mereka tidak ikut Sholat Subuh berjamaah.

Antrean tertib pengambilan bantuan. (foto: ichal iloenx)

“Ini upaya kami menarik mereka untuk datang ke masjid, secara tidak langsung kita mengajak mereka untuk Sholat Subuh berjamaah. Kalau mereka datang di luar jam tersebut, kami tidak melayani. Ini ‘memaksa’ mereka untuk disiplin,” tegas H. Ipan.

H. Ipan yakin jika mereka sudah terbiasa dengan Sholat Subuh berjamaah, Insya Allah sholat-sholat yang lainnya akan mudah mereka lakukan. “Karena Sholat Subuh itu kan paling berat,” ujar H. Ipan.

“Awalnya hanya 30 KK yang bisa kami santuni, lalu berkembang dan bertambah. Mereka semakin bertambah mengajukan ke sekretariat kami, itupun kami harus memverifikasi di lapangan, apakah memang layak dibantu atau tidak. Inipun dilakukan juga atas kemampuan yang ada di masjid. Kami juga mengharap donasi dari jamaah yang berkecukupan. Jadi kami hanya sebagai perantara saja,” sambungnya.

Sam’ani M. Sidik. (foto: ichal iloenx)
Beras Kalimantan yang diproduksi oleh Toko Berkah berlogo UPZ Masjid Hasanuddin Madjedie. (foto: ichal iloenx)

Salah seorang penerima manfaat, Sam’ani M. Sidik merasa bersyukur dan mengaku sangat gembira dengan santunan yang ia terima. “Ini sangat membantu sekali untuk kehidupan saya. Tiap 2 minggu saya dapat beras 5 liter dan uang tunai Rp25 ribu, lumayan,” pungkas warga Jalan HKSN Permai Komplek Herlina Perkasa, Kelurahan Alalak Selatan, Kecamatan Banjarmasin Utara yang sehari-harinya berprofesi sebagai tukang urut.

(ichal iloenx)