Wahyudi Rifani: Kentalnya Religiusitas Warga Kalsel, Namun Kesadaran Pendidikan Islam Masih Belum Tinggi

Banjarmasin, iloenxnews.com || Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), terus meningkatkan literasi di Banua. Dispersip menghadirkan seorang penulis lokal dengan judul buku Pendidikan Islam Sejarah, Konsep dan Strategi Pembelajaran, Wahyudi Rifani, Selasa (5/11/24).

Dalam kegiatan bedah buku tersebut, hadir para pendidik agama islam, penulis, hingga penggiat literasi. Acara ini berlangsung Aula Dispersip Kalsel.  Jalan Ahmad Yani Paal 6 Kota Banjarmasin.

Kepala Dispersip Kalsel Hj Nurliani Dardie, M.AP melalui Plt Sekretarisnya Adethia Hailina menyampaikan, kegiatan ini merupakan salah satu program pihaknya, dalam rangka meningkatkan literasi, melalui para pendidik.

“Kenapa jadi dipilihnya beliau karena memang kita ingin para pendidik yang hadir hari ini bisa menjadi perpanjangan tangan kita, untuk meningkatkan literasi peserta didiknya, terlebih di bidang agama Islam,” ujarnya.

Selain itu menurutnya, hal ini juga dalam rangka mengangkat para penulis lokal, hingga bisa lebih dikenal dan tulisannya dapat memotivasi warga banua.

“Mungkin ini akan kita lakukan lagi pada tahun depan, sehingga semakin kuat literasi para pendidik se Kalsel di ditularkan pada peserta didik, dan para penulis lokal bisa terekspose,” katanya.

Sementara itu Wahyudi Rifani menerangkan, buku kelimanya itu, dilatarbelakangi oleh kentalnya religiusitas warga Kalsel, namun kesadaran akan pendidikan islam masih belum tinggi.

“Karena memang itu bagian dari dampak banyaknya model dan pola pendidikan global, hingga berdampak. Harapnya melalui kegiatan dan buku ini, bisa menyegarkan kembali ingatan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat kita terkait pentingya latar belakang sejarah hingga implentasi pendidikan islam dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Selain itu menurutnya, bukunya ini juga berisi terkait metode dan strategi pembelajaran, dalam mengimplementasikan pendidikan Islam di lembaga pendidikan.

“Selain itu juga mengupas tentang sumber-sumber kebenaran pengetahun, fragmen sejarah tentang bagaimana asal usul lembaga pendidikan Islam itu muncul, dan materi apa yang diajarkan pada masa itu hingga sekarang, hingga keterkaitan lainya,” pungkasnya.

(fai)