Khotbah Ied Hari Ini, Ibnu Sina: Menjaga Keistiqomahan Pasca Ramadhan

Menjaga Keistiqomahan Pasca Ramadhan
Oleh: Ustadz H Ibnu Sina*
Masjid Bersejarah Sultan Suriansyah, Muara Kuin, Banjarmasin Utara, 1 Syawal 1445 H/10 April 2024 M
اَللّهُ أَكْبَرُ 3x، اَللّهُ أَكْبَرُ3x اَللّهُ أَكْبَرُ 3x لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ، وَاللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا اللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا اللَّهَ مُخْلِصِينَ له الدَّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ
اَلْحَمْدُ للهِ الّذي فَتَحَ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ.
، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ الْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى
أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ : أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى فَإِنَّ العَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِيْنَ .
Allahu Akbar 3x.. Saat mentari ramadhan terbenam diufuk barat pada Maghrib kemaren tidak henti2nya lafadz Takbir, Tahmid dan Tahlil terus berkumandang di seantero dunia mengiringi terbitnya 1 Syawal 1444 H. Hanya Allahlah yang Maha Besar. Dialah Allah Tuhan pencipta alam semesta dan seluruh isinya baik yang hidup atau yang mati, Tuhan yang menentukan bilangan puasa dan waktu berbuka, Tuhan yang memberikan petunjuk manusia, Tuhan yang telah memberikan rahmat, ampunan, inayah dan hidayah kepada seluruh makhluknya dan kenikmatan berupa iman dan Islam kepada seluruh kaum muslimin.
Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan pesan dari Allah SWT. Pesan yang telah merubah kehidupan manusia dari kegelapan kepada cahaya Islam yang rahmatan lil ‘alamiin.
Kita bersyukur Ramadhan 1445 H ini kita lalui dengan suasana yang lebih baik, kita bisa bertarawih berjamaah di masjid, langgar dan musholla. Geliat sosial ekonomi juga mulai bangkit, pemulihan kehidupan dunia pasca pandemi menuju arah yang lebih baik.
Telah kita lewati bersama sebuah masa yang penuh kemuliaan, suatu waktu dimana kita melihat banyak sekali orang-orang melakukan ketaatan, dan hari dimana orang-orang mengisinya dengan peribadatan. Dialah bulan Ramadhan yang penuh keberkahan, yang hari-harinya penuh kemuliaan, dan malam-malamnya bertebar keutamaan.
Di bulan Ramadhan, orang-orang yang beriman bersungguh-sungguh dalam ketaatan dan berlomba-lomba menuju pintu-pintu kebaikan. Sesungguhnya seorang mukmin merasa senang melihat orang-orang melaksanakan ketaatan dan berlomba-lomba di dalam beribadah, menegakkan kebajikan di bulan yang agung tersebut.
Yang perlu diperhatikan seorang muslim adalah bahwasanya ibadah kepada Allah SWT, berlomba-lomba dan bersungguh-sungguh dalam ketaatan serta sesuatu yang Allah ridhai tidak hanya terhenti di bulan Ramadhan saja atau ketaatan tersebut tidak terbatas di waktu-waktu tertentu saja. Walaupun bulan Ramadhan telah usai, namun ibadah kepada Allah tidak mengenal berhenti. Walaupun hari-hari yang penuh keberkahan telah berlalu, amalan kebajikan dan ketaatan harus tetap dilaksanakan.
Seorang muslim dituntut untuk tetap senantiasa dalam ketaatan dan kontinyu dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga Allah mewafatkannya. Allah Berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102).
Yaitu bersungguh-sungguhlah dalam beribadah dan berlomba-lombalah dalam mendapatkan ridha-Nya, hingga kalian wafat dalam keadaan demikian. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan akhir perjalanan hidupnya dan kapan ajal datang menjemputnya. Oleh karena itu, seorang muslim harus selalu bersiap diri untuk kematian yang datangnya tidak diketahui itu. Jadilah orang yang senantiasa menjaga dan bersungguh-sungguh dalam ketaatan dan melaksanakan yang Allah perintahkan sesuai dengan kemampuan. Dan juga menjauhkan diri dari apa yang Allah larang dan haramkan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631) 
اَللّهُ أَكْبَرُ، اَللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ، وَاللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
Jamaah sholat idul fitri yang dirahmati Allah..
Kita jadikan amal ibadah terbaik yg tumbuh subur saat Ramadhan sebagai bekal utk kehidupan 11 bulan berikutnya. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang istiqomah.
Inilah makna dari firman Allah Ta’ala,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.” (Al-Ahqaf: 13).
Yakni mereka istiqomah dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah, mereka terus berada dalam ruang-ruang kebaikan hingga Allah mewafatkan mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keuntungan, kebahagian, dan keberhasilan di dunia dan akhirat. Karena itulah, Allah SWT menyebutkan keadaan mereka sebagai orang-orang yang mendapatkan perbendaharaan yang agung dan besar di dunia dan di akhirat.
Allah SWT berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushshilat: 30-33).
Tidak heran, banyak orang-orang yang menjaga ketaatan dan bersungguh-sungguh dalam istiqomah, tersenyum saat ajal menjemput mereka. Tampak di wajah mereka kebahagiaan dan kesenangan. Tampak hasil yang telah mereka upayakan di hari kematian mereka. sebuah kabar yang begitu menggembirakan dan sambutan yang begitu mulia di saat hari pertama mereka memasuki alam akhirat.
Kita memohon kepada Allah Jalla wa ‘Ala dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya agar mencatatkan kita termasuk orang yang akhir hayatnya dalam keadaan terpuji dan lurus akidahnya. Dan kita memohon kepada-Nya taufik, pertolongan, dan keteguhan agar bisa memperoleh husnul khatimah.
اَللّهُ أَكْبَرُ، اَللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ، وَاللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
Jamaah sholat ied yang lahir sebagai pemenang..
Allah SWT mewajibkan berpuasa satu bulan penuh di bulan Ramadhan, namun ibadah puasa tidak hanya terdapat di bulan Ramadhan saja. Masih ada puasa-puasa sunnah. Di antara puasa sunnah yang paling agung adalah puasa enam hari di bulan Syawal. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian ia menyertainya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah ia berpuasa selama setahun.” (HR. Muslim).
اَللّهُ أَكْبَرُ، اَللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ، وَاللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
Jamaah sholat idul fitri yang dirahmati Allah..
Sungguh, puasa enam hari di bulan Syawal memiliki keutamaan yang besar dan manfaat yang banyak. Di antaranya adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas taufik-Nya kita mampu menyelesaikan puasa di bulan Ramadhan. Mensyukuri nikmat atas nikmat lain yang ia berikan setelahnya. Mensyukuri taufik dibimbing menuju ketaatan dan ketaatan setelah Ramadhan tersebut. Oleh karena itu, dalam rangka syukur kepada Allah hendaknya kita bersegera menunaikan puasa enam hari di bulan Syawal.
Tidak diragukan bahwa kita melakukan sedikit atau banyak hal-hal yang mengurangi puasa Ramadhan, maka hari-hari di bulan Syawal Allah siapkan untuk menyempurnakan dan menambal kekurangan puasa Ramadhan kita. Nabi SAW dalam sabda beliau, “Seakan-akan berpuasa satu tahun”. Ketahuilah, pahala kebaikan itu Allah lipat-gandakan 10 kali lipat. Puasa Ramadhan satu bulan penuh senilai dengan puasa 10 bulan. Jika kita menambahnya dengan 6 hari di bulan Syawal, maka ia setara dengan 2 bulan. Jadi, jika digabung dengan puasa Ramadhan menjadi puasa selama 12 bulan atau satu tahun penuh.
اَللّهُ أَكْبَرُ، اَللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ، وَاللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
Jamaah sholat idul fitri yang dirahmati Allah..
Termasuk hikmah puasa enam hari di bulan Syawal adalah tanda di antara tanda-tanda diterimanya ketaatan. Karena tanda diterimanya amalan ketaatan kita dimudahkan untuk melakukan ibadah yang lain setelahnya. Kita semua berharap agar Allah menerima amalan puasa dan shalat kita di bulan Ramadhan. Dan tanda diterimanya suatu amalan adalah seseorang menjadi semakin taat setelahnya. Jika kita merasa bahwa diri kita pemalas sebelum Ramadhan, tapi setelah Ramadhan kita semakin taat dan giat beribadah, itulah tanda kebaikan. Jika sebelum Ramadhan kita merasa baik, semestinya setelah Ramadhan menjadi lebih baik lagi. Itulah tanda-tada diterimanya amalan kita.
Kita memohon kepada Allah SWT agar menerima semua amalan kita; puasa, shalat, dan ibadah lainnya. Semoga Allah memberikan kita taufik, menolong kita untuk istiqomah dalam ketaatan, menunjuki kita jalan yang lurus, dan melindungi kita dari seluruh hal yang buruk.
Kesimpulannya puasa seharusnya mampu menghijrahkan diri kita agar semakin taqwa dan mampu menjadi  khairunnaas anfauhum linnas (sebaik-baik manusia ialah yang dapat memberikan manfaat bagi manusia lainnya).
Mari jadikan spirit ramadhan sebagai modal pembangunan kota Banjarmasin agar menjadi kota sungai terindah bagaikan sepenggal surga dimuka bumi. Seperti banyak isyarat dalam ayat-ayat NYA “….surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai.”  Banjarmasin BAIMAN, Banjarmasin Barasih wan Nyaman. InsyaAllah
اَللّهُ أَكْبَرُ، اَللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ، وَاللّهُ أَكْبَرُ اَللّهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan selain Allah. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan bagi-Nya segala puji.
* Wali Kota Banjarmasin